Waspada Serangan Siber, Optima Tawarkan Tiga Langkah Proteksi

Waspada Serangan Siber, Optima Tawarkan Tiga Langkah Proteksi

Jakarta, Beritasatu.com – Serangan siber atau cyber attack merupakan keniscayaan bagi negara yang memiliki jumlah pengguna internet besar seperti Indonesia.

Data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyebutkan, pada 2018 jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai angka 143,26 juta jiwa. Ini setara dengan 54,7% populasi Indonesia.

Berbanding lurus dengan data itu, laporan Symantec berjudul “Internet Security Threat Report Volume 24” yang dirilis pada Februari 2019 lalu menyebutkan bahwa pada 2018 sebanyak 2,23% serangan siber di ranah global terjadi di Indonesia.

Angka tadi terbilang tinggi, hingga menempatkan Indonesia pada posisi kelima sebagai negara yang paling banyak mendapatkan ancaman siber pada 2018 untuk kawasan Asia Pasifik dan Jepang.

Untuk itu, pengguna internet terlebih skala besar, seperti perusahaan dan instansi, harus jeli dan dapat memproteksi diri. “Jika lengah sedikit saja, data-data penting yang merupakan aset perusahaan akan rusak bahkan hilang,” ujar Refany Iskandar, Managing Director PT Optima Solusindo Informatika dalam keterangan tertulisnya kepada Beritasatu.com, Jumat (26/4/2019). Sebagai catatan, Optima Solusindo merupakan perusahaan distribusi software yang telah eksis selama 30 tahun.

Lebih jauh Refany Iskandar mengatakan terdapat tiga langkah yang bisa dilakukan untuk melindungi data dan perangkat dari serangan siber.

Tahap pertama menurutnya adalah dengan memproteksi di garis terdepan. Manajemen akses data harus dibuat seaman mungkin. “Pastikan hanya userterverifikasi yang bisa mengaksesnya. Banyak kasus terjadi dengan membobol sistem login terhadap data,” imbuhnya.

Langkah kedua adalah melindungi data dimana pun penyimpanannya, baik cloud maupun on premise. “Gunakan dan selalu perbarui softwareperlindungan data. Jika data sudah kena serangan virus atau malware, biaya pemulihan pasti akan jauh lebih besar,” kata Refany.

Fase terakhir adalah bagaimana menguatkan manajemen risiko jika serangan siber tersebut benar-benar tak bisa dihindari. Perusahaan atau instansi harus memiliki skenario pemulihan terbaik sehingga data yang rusak atau hilang tidak akan mengganggu jalannya bisnis.

Jika perusahaan atau instansi memperkuat tiga fase ini, para penjahat siber (cyber crime) tentu akan semakin kesulitan untuk menebarkan ancaman dan membobol data penting perusahaan.

Sebelumnya, dalam kesempatan berbeda belum lama ini, Maxim Mitrokhin, General Manager of Channel Sales in APAC dari Acronis, yakni sebuah perusahaan software yang bergerak di perlindungan keamanan siber, juga menyampaikan pandangan senada.

Menurutnya, para user masa kini semakin aware akan keamanan data, karena mereka menyadari bahwa pemulihan data yang rusak atau hilang membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

“Kesadaran tentang pentingnya data telah membuat orang untuk selalu memproteksi data masing-masing. Baik itu data-data pribadi, maupun data-data perusahaan, yang berkaitan dengan data keuangan, pajak, profil pelanggan, dan sebagainya,” ujar Maxim.